s

Tata kalimat


MAKALAH
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
(AMPK 113)
TATA KALIMAT
Oleh:
                                   Estiningtyas Kusuma W    (A1C310022)
                                   Rahmihayati                       (A1C310020)
                                   Siti Meisyarah                    (A1C310030)
                                   Trisda Mila                         (A1C310042)
Kelompok : IV

Dosen Pembimbing:
Dwi Candra Dewi, M.Pd




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2010
Kata Pengantar
Dengan mengucap Alhamdulillah, berkat taufiq dan hidayah Allah SWT maka makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Adapun judul dari makalah ini adalah “Tata Kalimat”.
            Makalah ini merupakan salah satu tugas yang harus kami selesaikan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia. Penyusun menyadari bahwa terselesainya makalah ini tidak semata-mata dari jerih payah penyusun sendiri, melainkan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Dwi Candra Dewi, M.Pd selaku dosen pengasuh.
2.      .Rekan-rekan kelompok IV A.
3.      .Teman-teman kelas A program studi  pendidikan kimia.
4.      Orang tua dan keluarga yang telah memeberi dukungan.

Banjarmasin, Oktober 2010
                                                                                                                                  
                                                                                                                                                                                                                 Penyusun










DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ….................................................................................... i
DAFTAR ISI ….................................................................................................. ii
BAB I             PENDAHULUAN ….................................................................. 1
1.1  Latar Belakang Masalah ….......................................................... 1
1.2   Rumusan Masalah ….................................................................. 2
1.3   Tujuan Penulisan …..................................................................... 3
1.4   Metode Pengumpulan Data …..................................................... 3
1.5   Manfaat Penulisan …................................................................... 3
BAB II            PEMBAHASAN ….....................................................................  5
2.1  Pengertian Kalimat …......................................................................... 5
2.2  Alat-Alat Kalimat …........................................................................... 6
2.3   Pola Kalimat Dasar …...................................................................... 10
2.4   Jenis Kalimat Menurut Pengucapannya …....................................... 11
2.5   Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya ….......................... 12
2.6   Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorikanya) ….............. 17
2.7   Jenis Kalimatnya Menurut Fungsinya …......................................... 18
2.8   Jenis Kalimat Berdasarkan Unsurnya ….......................................... 21
2.9   Jenis Kalimat Berdasarkan Susunan S-P …..................................... 21
2.10 Jenis Kalimat Berdasarkan Subjeknya …........................................ 22
2.11 Kalimat Efektif …........................................................................... 24
BAB III          PENUTUP ….............................................................................. 28
1.      Kesimpulan …................................................................................... 28
2.       Saran …............................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ….................................................................................... 30



Bab I
PENDAHULUAN

1.6 Latar Belakang
            Menurut Anton M. Moeliono, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Bahasa yang baik dan benar itu memiliki empat fungsi :
(1) fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa dengan mengatasi batas-batas kedaerahan;
(2) fungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam pergaulan dengan bangsa lain;
(3) fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan yang terpelajar; dan
(4) fungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.
Keempat fungsi bahasa yang baik dan benar itu bertalian erat dengan tiga macam batin penutur bahasa sebagai berikut :
(1) fungsinya sebagai pemersatu dan sebagai penanda kepribadian bangsa membangkitkan kesetiaan orang terhadap bahasa itu;
(2) fungsinya pembawa kewibawaan berkaitan dengan sikap kebangsaan orang karena mampu beragam bahasa itu; dan
(3) fungsi sebagai kerangka acuan berhubungan dengan kesadaran orang akan adanya aturan yang baku layak dipatuhi agar ia jangan terkena sanksi sosial.

            Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang memenuhi norma baik dan benar. Norma yang dimaksud adalah “ketentuan” bahasa Indonesia, misalnya tata bahasa, ejaan, kalimat, dsb.
           
            Sehingga studi kalimat dianggap sangat penting dilakukan untuk mencapai kemahiran berbahasa atau mengarang. Unsur terkecil dalam berbahasa sehari-hari adalah kalimat bukan kata-kata. Kata-kata hanya, menjadi unsur dalam kalimat. Kalau pada suatu waktu waktu pemakai bahasa berurusan dengan aneka bentuk kata maka hal ini dilakukan karena berkaitan dengan proses pembentukan kalimat. Dengan kalimat-kalimatlah kita melakukan kegiatan tukar-menukar pikiran dengan orang lain.
            Bahasa yang baik, benar, dan tepat pada hakikatnya terwujud pada pembentukan atau pemakaian kalimat. Kita yang ingin mahir berbahasa (mengarang) hendaknya terlebih dahulu memiliki kecakapan menentukan ujaran (bentuk ketatabahasaan) yang berkriteria kalimat dan yang bukan kalimat. Kemampuan mengenal dan menggunakan berbagai ragam kalimat yang ada dalam bahasa patut dimiliki.        
            Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, makalah ini disusun dengan mengangkat tema tentang tata kalimat. Makalah ini akan membahas pengertian kalimat, alat-alat dan unsur-unsurnya, serta jenis-jenis kalimat.

1.2 Rumusan masalah
1.  Apakah yang disebut dengan kalimat?
2.  Sebutkan unsur-unsur dalam kalimat!
3.  Sebutkan pola-pola kalimat dasar! Berikan contoh-contohnya!
4. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut pengucapannya! Berikan contoh-contohnya!
5. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut struktur gramatikalnya! Berikan contoh-contohnya!
6. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut bentuk gayanya (retorikanya)!Berikan contoh-contohnya!
7. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut fungsinya!Berikan contoh-contohnya!
8. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut unsurnya! Berikan contoh-contohnya!
9. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut susunan S-Pnya! Berikan contoh-contohnya!
10. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut subjeknya! Berikan contoh-contohnya!
11. Apakah yang disebut dengan kalimat efektif?Berikan contohnya!
12. Sebutkan ciri-ciri khas kalimat efektif! Jelaskan!
5.      1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan instruksional umum:
            Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa memiliki kemampuan dalam memahami tata kalimat dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
1.3.2 Tujuan instruksional khusus:
            Setelah menyelesaikan makalah ini, mahasiswa diharapakan mampu:
a. menjelaskan pengertian kalimat.
b. memahami dan mampu menyebutkan pola-pola kalimat dasar serta memberikan contohnya.
c. memahami dan mampu menyebutkan jenis-jenis kalimat menurut struktur gramatikalnya serta memberikan contohnya.
d. memahami dan mampu menyebutkan jenis-jenis kalimat menurut bentuk gayanya (retorikanya) serta memebrikan contohnya.
e. memahami dan mampu menyebutkan jenis-jenis kalimat menurut fungsinya serta memberikan contohnya.
f. memahami dan mampu menjelaskan tentang kalimat efektif serta memberikan contohnya.

 1.4 Metode Pengumpulan Data
 Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode telaah pustaka dengan mengumpulkan data-data dari berbagai buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan tata kalimat. Dilengkapi pula dengan browsing internet, untuk menambah data-data dalam makalah ini.
            1.5 Manfaat
 Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya berbahasa sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Meningkatkan pemahaman tentang tata kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Meningkatkan kemampuan menyusun kalimat sesuai dengan aturan ketatabahasaan yang baik dan benar.
4. Memahami dengan baik penggunaan kalimat efektif dalam pengucapan kalimat sehari-hari dan dalam penulisan.
5. Menciptakan kesetiaan untuk senantiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.


















Bab II
PEMBAHASAN

2.10          Pengertian Kalimat
            Kalimat memiliki beberapa pengertian, diantaranya:
1. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam kalimat, sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat.
2. Kalimat adalah gabungan dari duah buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir.
3. Cook, Elson dan Picket berpendapat bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari klausa.
4. Ramlan berpendapat bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun.
5. Lado berpendapat bahwa kalimat adalah satuan terkecil dariekspresi lengkap. 
           
            Kalimat dapat dibagi-bagi berdasarkan jenis dan fungsinya, retorikanya, gramatikalnya. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat aktif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.
            Kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak memiliki unsir subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya  dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.
            Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik(.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
            Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek (S)
Adalah unsur yang melakukan suatu tindakan atau kerja dalam suatu kalimat.
- Predikat (P)
Adalah sebagai unsur kata kerja.
- Objek (O)
adalah unsur yang dikenai kerja oleh subjek.
- Keterangan (K)
Dapat berupa keterangan waktu atau tempat selama kejadian.
-Pelengkap
Adalah unsur yang melengkapi kalimat yang tak berobjek.
Contoh :
Gadis berkulit putih itu menyanyikan lagu didepan kelas dengan bagus. 
               S                              P              O             K                     Pel
Ayah membaca koran di teras belakang.
    S           P          O               K


2.11           Alat-alat Kalimat
            Ada empat pokok yang perlu mendapat perhatian dalam pembentukan kalimat. Keempat hal tersebut dalam bahan kuliah ini disebut alat-alat kalimat. Alat-alat tersebut yang dimaksud adalah sebagai berikut:
i) Pola urutan kata
            Setiap pemakai bahasa tidak boleh seenaknya saja menempatkan kata, melainkan ia harus mengikuti tata urutan tertentu. Perubahan urutan kata dapat merubah makna kalimat, bahkan dapat menghilangkan makana arti sama sekali.     Kalimat yang sekurang-kurangnya berdiri atas dua unsur kata, harus diurut menurut pola urutan tertentu yang dibenarkan oleh kaidah bahasa indonesia. Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal pola urutan diterangkan dan menerangkan (DM) dan kadang-kadang ditemukan pola susunan menerangkan diterangkan (MD). Seperti contoh berikut. Tanda asterik atau tanda bintang (*) didepan kalimat menandakan bahwa kalimat yang dimaksud tidak gramatikal.
1) Dia mengunjungi temannya dengan tergesa-gesa di tempat itu.
2) Di tempat itu dia mengunjungi temannya dengan tergesa-gesa.
3) Dengan tergesa-gesa, dia mengunjungi temannya di tempat itu.
4) Di tempat itu dengan tergesa-gesa dia mengunjungi temannya.
5) Dia mengunjungi di tempat itu dengan tergesa-gesa temannya.
6) Dia temannya mengunjungi di tempat itu dengan tergesa-gesa.
7)  Dia di tempat itu mengunjungi dengan tergesa-gesa temannya.
8) Temannya dia dengan tergesa-gesa di tempat itu mengunjungi.
            Kalimat 1), 2), 3), dan 4) masih gramatikal. Maknanya masih jelas karena pengurutanya masih mengikuti kaidah atau pola urutan yang dibenarkan oleh kaidah bahasa Indonesia. Predikat berupa kata kerja aktif transitif harus selalu diikuti dengan obyek. Lain halnya dengan kalimat 5), 6), 7), dan 8) predikat aktif transitif diikuti dengan obyek dan keterangan.
            Perubahan struktur sebuah kalimat dapat dilakukahn dalam batas-batas tertentu tanpa melanggar atau merusak satuan-satuan fungsionalnya. Satuan fungsional (S), (P), maupun (K) harus tetap sekelompok. Perlu kita ingat, bahwa struktur fungsional yang dibenarkan dalam bahasa Indonesia hanyalah S/P/O/K, K/S/P/O, S/K/P/O, P/S, atau P/O/S. selain ini semua pola lain belun dilazimkan atau tidak dibenarkan.
Perhatikan contoh berikut ini:
Dia menanam padi di sawah. (S/P/O/K).
Di sawah dia menanam padi. (K/S/P/O).
Dia di sawah menanam padi. (S/K/P/O).
Menanam dia. (P/O)
Menanam padi di sawah. (P/O/S/K)
ii) Bentuk Kata
            Dalam menyusun kalimat harus diperhatikan bentuk katayang terdapat dalam Bahasa Indonesia. Bentuk kata dalam Bahasa Indonesia terdiri atas bentuk dasar/ kata dasar atau kata turunan berupa kata berimbuhan, kata majemuk, dan kata berulang. Perbedaan bentuk kata dalam kalimat dapat mengubah makna struktural kalimat.
Perhatikan bentuk-bentuk berikut:
baca, membaca, dan dibaca dalam kalimat:
Saya membaca buku itu.
Saya baca buku itu.
Buku itu saya baca.
Buku itu dibacanya.
Berjalan dan berjalan-jalan dalam kalimat:
Ia berjalan menelusuri pantai.
Banyak orang berjalan-jalan menelusuri pantai.
Duduk dan duduk-duduk dalam kalimat:
Ia duduk seorang diri.
Duduk-duduk saja sejak tadi.
Bandingkan pula bentuk berikut:
Ali memiliki tangga itu.
Ali menaikkan tangga itu.
Ali tulis surat.(kalimat tidak baku)
Ali menulis surat.(kalimat baku)

iii) Intonasi Dan Tanda Baca
            Intonasi dipakai atau dipergunakan dalam bahasa lisan, sedangkan dalam bahasa tulisan menggunakan tanda baca. Intonasi dapat menandai batas satuan kalimat dan membedakan makna struktural dalam rangkaian bunyi. Dengan intonasi kita dapat mengetahui apakah kita menghadapi pertanyaan, perintah, larangan dan sebagainya. Unsur intonasi bekerja bersama-sama dalam dalam mengeemukakan makna struktural sebuah kalimat. Dalam tulisan sistem perbedaan diatas hanya dapat dinyatakan dengan kurang sempurna dengan berbagai tanda baca, seperti huruf besar, huruf miring, tanda koma, tanda titik, tanda titik dua, tanda titik koma, tanda kutip, tanda tanya, dan tanda lain-lain.
Bandingkan kalimat berikut:
Ibu guru saya akan berangkat ke luar negeri.
Ibu guru saya akan berangkat ke luar negeri.
Ibu guru saya akan berangkat ke luar negeri.
Anak-anak sudah bangun.
Anak-anak sudah bangun?
Anak-anak, bangun!

iv) Kata-kata Tugas
            Kata tugas merupakan suatu unsur yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat. Kata tugas dapat menentukan makna kalimat secara struktural, karena adanya kata tugas dapat melahirkan makna berbeda dengan kata yang tidak diberi kata tugas.
            Kata tugas dalam bahasa Indonesia jumlahnya terbatas dan pada umumnya tidak dapat diberi imbuhan, tidak bermakna laksikal, dan tidak bertambah jumlah anggotanya. Kata tugas mengungkapkan bermacam-macam hubungan makna antara lain hubungan penugasan, pembatasan, pemillihan, persyaratan, perlawanan dan lain-lain. Kata tugas juga dapat menjadi penanda jenis kata lain dan banyak berperan dalam proses penggabungan bagian-bagian kalimat.
            Kata-kata dalam bahasa indonesia dapat diklasifikasi atas kata benda (KB), kata kerja(KK), kata sifat (KS), dan kata tugas. Jadi kata-kata yang tidak tergolong dalam KB, KK, KS, adalah kata tugas, terdiri atas:
Kata tugas pengantar kata benda
Misalnya: di, pada, tentang dsb.
Kata tugas pengantar kata kerja.
Misalnya: akan, hendak, ingin dsb.
Kata tugas pengantar kata sifat.
Misalnya: amat, sangat, paling dsb.
Kata tugas pengantar transformasi.
Misalnya: dan, atau, lalu dsb.
kata tugas berupa partikel.
Misalnya: lah, kah, tah, dan pun.
Bandingkan:  Saya pergi.
Saya akan pergi.
Udara sejuk.
Udara sangat sejuk.
Makan!
Makanlah!


2.12         Pola Kalimat Dasar
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1.Pola kalimat ”verbal”. Terdiri dari : Kata Benda + Kata Kerja (KB + KK)
Contoh :
Adik menangis.
Anjing dipukul.
Guru mengajar.
2. Pola kalimat ”atributif”. Terdiri dari : Kata benda + kata Sifat (KB + KS) 
Contoh :
Murid itu pintar.
Anak malas.
Gunung tinggi.
3. Pola kalimat yang terdiri dari ; KB + KBil
contoh : Harga tas itu empat puluh ribu rupiah.
4. Pola kalimat yang terdiri dari : KB + (KD + KB)
contoh : Alya tinggal di Surabaya.
5. Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2
contoh : Dia memakan roti.
6.Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2 + KB3
contoh : Pak Huda membelikan saya buku.
7. Pola kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan. Terdiri dari : Kata benda I + Kata benda II  (KB1 + KB2)
Contoh :
Mereka polisi.
Bapak pengarang.
Paman Guru.
           Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
Catatan :
S        = Subjek
P        = Predikat
O        =  Objek
K       =  Keterangan
Pel.    =  Pelengkap
KB    =  Kata benda (nomina)
KK    =  Kata kerja (verba)
KS     =  Kata sifat (adjektiva)
K.Bil  = Kata bilangan (numeralia)
FD     =  Frasa depan (frasa preposisi)
KD    =  Kata depan (preposisi)

2.13      Jenis Kalimat Menurut Pengucapannya
            Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
            Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
- Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
- “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
2. Kalimat Tak Langsung
            Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
- Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
- Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.

2.14          Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya
            Menurut strukturnya, kalimat dalam bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif, tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
A. Kalimat Tunggal
            Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat dasar.
Contoh :
Kalimat Tunggal
Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok.
Adik minum susu.
Ibu menyimpan uang di dalam laci.
S-P
S-P-O
S-P-O-K
            Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh: Saya siswa kelas VI.
2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh: Adik bernyanyi.
            Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih. Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keterangan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin.
6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David Beckham.
10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:
1. Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
3. Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
B. Majemuk Majemuk Setara
            Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
1. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.
Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh:
Direktur tenang
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
2. Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pertentangan.
Contoh:
Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal dalam kalimat majemuk setara pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan seperti kalimat berikut.
Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang Nusantara terletak di Bandung.
Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.
3. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:
Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat dewasa.
Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa selamat.
4. Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.
C. Kalimat Majemuk tidak Setara (bertingkat)
            Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak
2. Sebab: karena, oleh karenaitu, sebab, oleh sebab itu
3. Akibat: hingga, sehingga, maka
4. Syarat: jika, asalkan, apabila
5. Perlawanan: meskipun, walaupun
6. Pengandaian: andaikata, seandainya
7. Tujuan: agar, supaya, untukbiar
8. Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolaholah
9. Pembatasan: kecuali, selain
10. Alat: dengan + kata benda: dengan tongkat
11. Kesertaan: dengan + orang

Contoh:
- Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
Contoh:
1. a. Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
    b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer. (tunggal)
  c.Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih         dapat mengacaukan data-data komputer itu.
2. a. Para pemain sudah lelah
    b. Para pemain boleh beristirahat.
    c. Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
    d. Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain.
Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini.
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan sebagainya.
D. Kalimat Majemuk Campuran
         Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk tak setara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk tak setara (bertingkat).
Misalnya:
1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.


2.15          Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorikanya
            Tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang disusunnya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-keterangan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak kalimat.
            Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).

A. Kalimat yang Melepas
            Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a. Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
B. Kalimat yang Klimaks
            Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
a. Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b. Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.
C. Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1. Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2. Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.

Ketiga gaya penyampaian tadi terdapat pada kalimat majemuk. Adapun kalimat pada umumnya dapat divariasikan menjadi kalimat yang panjang-pendek, aktif-pasif, inversi, dan pengedepanan keterangan.

2.16          Jenis Kalimat Menurut Fungsinya
            Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam tanda baca.
A. Kalimat Pernyataan / Berita(Deklaratif)
            Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif
1. Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2. Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang memuaskan tentang bisnis komdominium di kotakota besar.
Macam-macam kalimat pernyataan / berita:
i) Kalimat berita kepastian
Contoh: Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
ii) Kalimat berita pengingkaran
Contoh: Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
iii) Kalimat berita kesangsian
Contoh: Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
iv) Kalimat berita bentuk lainnya
Contoh: Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
1. Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
2. Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif
1. Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
2. Mengapa tidak semua fakir miskin di negara kita dapat dijamin penghidupannya oleh nefara?
C. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
1. Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
2. Tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya.
Negatif
1. Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
2. Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat kita jika sudah tergolong orang mampu.
Macam-macam kalimat perintah:
i) Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh: Gantilah bajumu!
ii)Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan membuang sampah sembarangan!
iii)Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh: Tolong temani nenekmu di rumah!
D. Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif
1. Bukan main, cantiknya.
2. Nah, ini dia yang kita tunggu.
Negatif
1. Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
2. Wah, target KONI di Asian Games XIII tahun 1998 di Bangkok tidak tercapai.

2.17          Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Unsurnya
            Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
            Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subjek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
- Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
         S                  P                  K
- Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.
     S         P                             O
2. Kalimat Tidak Lengkap
            Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subjek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:
- Selamat sore
- Silakan Masuk!
- Kapan menikah?
- Hei, Kawan…

2.18          Berdasarkan Susunan S-P
            Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Versi
            Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:
-Ambilkan koran di atas kursi itu!
           P                       S
- Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.
          S      P                           K
2. Kalimat Inversi
            Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
              S               P              O                 K
- Aku dan dia bertemu di cafe ini.
S              P            K
2.19         Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Subjeknya
            Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Aktif
            Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
- Mereka akan berangkat besok pagi.
- Kakak membantu ibu di dapur.
Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.1 Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh: Eni mencuci piring.
              S           P        O1
1.2 Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
- Mereka berangkat minggu depan.
       S              P               K
- Amel menangis tersedu-sedu di kamar.
     S                     P                         K
1.3 Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh:
- Dian kehilangan pensil.
      S         P             Pel.
- Soni selalu mengendarai sepeda motor ke kampus.
     S                P                         Pel               K
2. Kalimat Pasif
            Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.1 Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:
- Piring dicuci Eni.
      S        P      O2
2.2 Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.
Contoh:
- Ku pukul adik.
   O2   P       S
- Akan saya sampaikan pesanmu.
              O2         P              S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif:
1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan di-.
3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh:
Bapak memancing ikan. (aktif)
Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh: 
Aku harus mengerjakan PR. (aktif)
PR harus kukerjakan. (pasif)

2.20   Kalimat Efektif
            Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.

Kalimat efektif dituntut oleh empat ketepatan yakni
1. Ketepatan pilihan kata
2. Ketepatan bentuk kata
3. Ketepatan pola kalimat
4. Ketepatan makna kalimat

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesatuan gagasan, kesejajaran, kehematan, penekanan, kelogisan.

1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal. Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum. Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan)

2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2.     Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat. Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga. Kalimat yang benar adalah: Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2.   Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan. Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ; Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.



















Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1.  Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Minimal tersusun dari subjek dan predikat.
2. Ada empat hal pokok yang menjadi perhatian dalam pembetukan kalimat, yang disebut alat-alat kalimat. Yaitu : a) pola urutan kata, b) bentuk kata, c) intonasi dan tanda baca, dan d) kata-kata tugas.
3. Ada tujuh pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia, yaitu :
i)  Pola kalimat ”verbal”. Terdiri dari : Kata Benda + Kata Kerja,
ii)  Pola kalimat ”atributif”. Terdiri dari : Kata benda + kata Sifat,
iii) Pola kalimat yang terdiri dari ; KB + KBil ,
iv) Pola kalimat yang terdiri dari : KB + (KD + KB),
v)  Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2,
vi)  Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2 + KB3, dan
vii)  Pola kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Terdiri dari : Kata benda I + Kata benda II  (KB1 + KB2).
4. Kalimat dapat dibedakan berdasarkan pengucapan, struktur gramatikal, bentuk gaya (retorika), fungsi, unsur, susunan S-P, dan berdasarkan subjeknya.
5. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.
5. Kalimat efektif dituntut oleh empat ketepatan yakni : i). Ketepatan pilihan kata, ii) Ketepatan bentuk kata, iii) Ketepatan pola kalimat, dan iv)  Ketepatan makna kalimat.
6. Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesatuan gagasan, kesejajaran, kehematan, penekanan, dan kelogisan.

3.2 Saran
            Makalah ini tentunya belum mencakup semua pembahasan mengenai tata kalimat dalam bahasa Indonesia, oleh karena itu untuk melengkapinya perlu ditunjang dengan membaca dan mempelajari tentang tata kalimat dalam bahasa Indonesia dari berbagai buku-buku yang membahas tentang tata kalimat.






















Daftar Pustaka
Buku-buku :
Akhadiah, Sabarti, dkk.1993. Modul Pokok Bahasa Indonesia.Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II dan Pendidikan Kependidikan.
E Zainal, Arifin. S.Amran. 2009.Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta;Akademika Pressindo.

Situs Web :
http://www.scribd.com/.../Kerangka-Bahan-Ajar-Bahasa-Indonesia -.Diunduh tanggal 5 Oktober 2010
Baca yang lainnya......